Wakil Wali Kota Sukabumi, Bobby Maulana, menegaskan harapannya agar Kota Sukabumi semakin rukun, guyub, dan saling menghormati antaretnis maupun antarumat beragama.
Hal itu ia sampaikan pada hari kedua Konferensi Kota Toleran 2025 yang berlangsung di Singkawang, Kalimantan Barat, Ahad (16/11/2025).
“Mudah-mudahan Kota Sukabumi semakin rukun dan masyarakatnya semakin saling menghormati. Kita optimis bisa masuk lima besar, bahkan tiga besar, atau menjadi nomor satu kota toleran nasional,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada masyarakat yang telah menjaga kerukunan sehingga Kota Sukabumi mampu menempati peringkat keenam nasional dan peringkat pertama di Jawa Barat pada Indeks Kota Toleran (IKT) 2024.
Pada konferensi yang diselenggarakan Kemendagri dan Setara Institute tersebut, Wakil Wali Kota Sukabumi mempresentasikan tema “Merawat Perbedaan, Menumbuhkan Kebersamaan: Dari Sukabumi untuk Indnesia”.
Bobby menekankan semangat Reugreug Pageuh Repeh Rapih sebagai fondasi pembangunan sosial yang resilien, inklusif, dan toleran.
Dalam paparannya, Bobby Maulana juga mengangkat identitas historis Sukabumi, mulai dari asal nama “Suka-Bumen” hingga sejarah kota yang berkembang sejak penetapan Gemeente pada 1914.
Presentasi tersebut turut menyoroti ekosistem toleransi Kota Sukabumi yang terbangun dari keberagaman penduduk, infrastruktur ibadah, dan sejarah panjang kerukunan.
Kota Sukabumi memiliki 370.096 jiwa dengan keberagaman agama yang terakomodasi secara adil. Simbol kerukunan tampak pada keberadaan Masjid Agung—berdiri sejak 1890 di pusat kota—yang berdampingan dengan Gereja Sidang Kristus. Sukabumi juga memiliki Gereja St. Joseph, Pura Giri Wira Dharma, serta Vihara Widi Sakti yang telah hadir sejak awal abad ke-20.
Kota Sukabumi menunjukkan peningkatan IKT yang konsisten dalam tujuh tahun terakhir. Dari peringkat 22 pada 2017, Sukabumi naik menjadi peringkat 9 pada 2020, peringkat 6 pada 2022, peringkat 8 pada 2023, dan kembali ke peringkat 6 pada 2024.
Bobby menegaskan bahwa capaian tersebut bukan hanya angka, tetapi cerminan budaya sosial yang kuat dan komitmen pemerintah untuk menjaga harmoni.
Wakil Wali Kota juga memaparkan urgensi membangun ekosistem toleransi yang kokoh untuk mencegah gesekan sosial, memperkuat identitas daerah sebagai kota religius dan damai, serta mendorong tata kelola inklusif.
Upaya ini diperkuat oleh kolaborasi pentahelix antara pemerintah, masyarakat, akademisi, pelaku usaha, dan media.
Kota Sukabumi juga memiliki sejumlah organisasi penggerak toleransi seperti FKUB, FPK, BKGS, BKVS, dan Forum Pemuda Lintas Agama (FORMULA).
Pemerintah Kota turut meningkatkan alokasi anggaran secara signifikan: dari Rp473 juta pada 2022 menjadi Rp580 juta pada 2024 untuk kegiatan keagamaan, serta peningkatan alokasi program toleransi dari Rp21,8 miliar menjadi Rp49,52 miliar pada periode yang sama.
Rangkaian kegiatan toleransi yang dipaparkan mencakup perayaan Cap Go Meh, Tahun Baru Islam, konsinyir hari keagamaan, doa bersama lintas agama, hingga bakti sosial.
Bobby Maulana menegaskan bahwa meskipun Sukabumi bukan kota besar, komitmennya terhadap nilai kebangsaan dan kemanusiaan sangat kuat. “Semoga Sukabumi dapat terus menjaga harmoni dan menjadi teladan bagi kota-kota lain di Indonesia,” ujarnya.
Kehadiran Kota Sukabumi pada Konferensi Kota Toleran 2025 menegaskan posisi Sukabumi sebagai kota yang proaktif dalam membangun toleransi dan menumbuhkan kebersamaan demi Indonesia yang damai dan inklusif.
Hal itu ia sampaikan pada hari kedua Konferensi Kota Toleran 2025 yang berlangsung di Singkawang, Kalimantan Barat, Ahad (16/11/2025).
“Mudah-mudahan Kota Sukabumi semakin rukun dan masyarakatnya semakin saling menghormati. Kita optimis bisa masuk lima besar, bahkan tiga besar, atau menjadi nomor satu kota toleran nasional,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada masyarakat yang telah menjaga kerukunan sehingga Kota Sukabumi mampu menempati peringkat keenam nasional dan peringkat pertama di Jawa Barat pada Indeks Kota Toleran (IKT) 2024.
Pada konferensi yang diselenggarakan Kemendagri dan Setara Institute tersebut, Wakil Wali Kota Sukabumi mempresentasikan tema “Merawat Perbedaan, Menumbuhkan Kebersamaan: Dari Sukabumi untuk Indnesia”.
Bobby menekankan semangat Reugreug Pageuh Repeh Rapih sebagai fondasi pembangunan sosial yang resilien, inklusif, dan toleran.
Dalam paparannya, Bobby Maulana juga mengangkat identitas historis Sukabumi, mulai dari asal nama “Suka-Bumen” hingga sejarah kota yang berkembang sejak penetapan Gemeente pada 1914.
Presentasi tersebut turut menyoroti ekosistem toleransi Kota Sukabumi yang terbangun dari keberagaman penduduk, infrastruktur ibadah, dan sejarah panjang kerukunan.
Kota Sukabumi memiliki 370.096 jiwa dengan keberagaman agama yang terakomodasi secara adil. Simbol kerukunan tampak pada keberadaan Masjid Agung—berdiri sejak 1890 di pusat kota—yang berdampingan dengan Gereja Sidang Kristus. Sukabumi juga memiliki Gereja St. Joseph, Pura Giri Wira Dharma, serta Vihara Widi Sakti yang telah hadir sejak awal abad ke-20.
Kota Sukabumi menunjukkan peningkatan IKT yang konsisten dalam tujuh tahun terakhir. Dari peringkat 22 pada 2017, Sukabumi naik menjadi peringkat 9 pada 2020, peringkat 6 pada 2022, peringkat 8 pada 2023, dan kembali ke peringkat 6 pada 2024.
Bobby menegaskan bahwa capaian tersebut bukan hanya angka, tetapi cerminan budaya sosial yang kuat dan komitmen pemerintah untuk menjaga harmoni.
Wakil Wali Kota juga memaparkan urgensi membangun ekosistem toleransi yang kokoh untuk mencegah gesekan sosial, memperkuat identitas daerah sebagai kota religius dan damai, serta mendorong tata kelola inklusif.
Upaya ini diperkuat oleh kolaborasi pentahelix antara pemerintah, masyarakat, akademisi, pelaku usaha, dan media.
Kota Sukabumi juga memiliki sejumlah organisasi penggerak toleransi seperti FKUB, FPK, BKGS, BKVS, dan Forum Pemuda Lintas Agama (FORMULA).
Pemerintah Kota turut meningkatkan alokasi anggaran secara signifikan: dari Rp473 juta pada 2022 menjadi Rp580 juta pada 2024 untuk kegiatan keagamaan, serta peningkatan alokasi program toleransi dari Rp21,8 miliar menjadi Rp49,52 miliar pada periode yang sama.
Rangkaian kegiatan toleransi yang dipaparkan mencakup perayaan Cap Go Meh, Tahun Baru Islam, konsinyir hari keagamaan, doa bersama lintas agama, hingga bakti sosial.
Bobby Maulana menegaskan bahwa meskipun Sukabumi bukan kota besar, komitmennya terhadap nilai kebangsaan dan kemanusiaan sangat kuat. “Semoga Sukabumi dapat terus menjaga harmoni dan menjadi teladan bagi kota-kota lain di Indonesia,” ujarnya.
Kehadiran Kota Sukabumi pada Konferensi Kota Toleran 2025 menegaskan posisi Sukabumi sebagai kota yang proaktif dalam membangun toleransi dan menumbuhkan kebersamaan demi Indonesia yang damai dan inklusif.
Pewarta : Kang Warsa
Dokumentasi : Agus Rustiawandi
DOKPIM KOTA SUKABUMI
Pranata Kehumasan
Ross Pristianasari





Posting Komentar untuk "Wakil Wali Kota Sukabumi Paparkan Ekosistem Toleransi di Konferensi Kota Toleran 2025"
Silakan kirim saran dan komentar anda