Saatnya kota-kota di Indonesia bersaing di pasar global. Penjenamaan kota menjadi kunci penting untuk meningkatkan daya tarik sebuah kota di mata dunia, tidak hanya bagi investor dan wisatawan, tetapi juga bagi warganya sendiri.
Lewat strategi penjenamaan yang kuat, kota dapat membangun citra positif, mempertegas identitas, serta menampilkan keunggulan yang membedakannya dari kota lain.
Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) bekerja sama dengan Pemerintah Kota Bandung menyelenggarakan Simposium City Branding bertema “Internasionalisasi Kota-Kota Indonesia: Promoting Center of Excellence and City Branding APEKSI” pada 19–20 Mei 2025.
Acara ini berlangsung di Aula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB) dan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan dari dalam dan luar negeri, termasuk Wakil Dekranasda Kota Sukabumi, Kia Florita.
Simposium merupakan bagian dari upaya APEKSI dalam mendorong kota-kota di Indonesia untuk mempersiapkan diri menghadapi persaingan global. Salah satu langkahnya adalah melalui inventarisasi dan penyusunan katalog center of excellence serta praktik terbaik dalam tata kelola kota.
Fokus utama dari strategi penjenamaan kota yang diangkat dalam simposium ini mencakup destinasi wisata, seni budaya, kuliner dan warisan budaya, serta produk dan komoditas unggulan dari masing-masing daerah.
Dalam laporan penyelenggara, kegiatan ini dirancang sebagai sarana pertukaran pengalaman dan praktik baik antar kota, khususnya di kawasan Asia dan Afrika, dalam mengembangkan strategi city branding dan promosi budaya.
Di samping itu, simposium ini memperkenalkan Indonesia sebagai pusat kolaborasi yang melibatkan pemuda, pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan organisasi masyarakat sipil.
Isu-isu besar seperti perubahan iklim, urbanisasi, dan krisis air bersih juga menjadi perhatian penting dalam forum ini, dengan pendekatan kolaboratif dan inovatif sebagai fondasi bersama.
Wakil Dekranasda Kota Sukabumi, Kia Florita, yang hadir dalam simposium tersebut menegaskan pentingnya city branding sebagai strategi jangka panjang untuk meningkatkan daya saing kota.
Ia menyatakan bahwa keikutsertaan dalam forum ini menjadi langkah strategis untuk mengangkat potensi lokal Kota Sukabumi ke level internasional.
“Kami melihat city branding merupakan cara untuk menumbuhkan kebanggaan warga dan menarik perhatian dunia terhadap kekayaan budaya dan potensi ekonomi lokal yang kami miliki,” ujarnya.
Lebih lanjut Kia menyampaikan, “Saatnya kota-kota Indonesia, termasuk Kota Sukabumi bersaing di pasar global. Dengan membangun identitas yang otentik dan kuat, kota akan diakui sebagai pusat keunggulan yang layak dikunjungi, diinvestasikan, bahkan dijadikan tempat tinggal.”
Melalui simposium ini, diharapkan terbangun komitmen bersama antar kota untuk terus berinovasi dan berkolaborasi dalam mewujudkan kota-kota yang berdaya saing tinggi, adaptif terhadap tantangan global, dan berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya manusia maupun lingkungan hidup.
Lewat strategi penjenamaan yang kuat, kota dapat membangun citra positif, mempertegas identitas, serta menampilkan keunggulan yang membedakannya dari kota lain.
Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) bekerja sama dengan Pemerintah Kota Bandung menyelenggarakan Simposium City Branding bertema “Internasionalisasi Kota-Kota Indonesia: Promoting Center of Excellence and City Branding APEKSI” pada 19–20 Mei 2025.
Acara ini berlangsung di Aula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB) dan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan dari dalam dan luar negeri, termasuk Wakil Dekranasda Kota Sukabumi, Kia Florita.
Simposium merupakan bagian dari upaya APEKSI dalam mendorong kota-kota di Indonesia untuk mempersiapkan diri menghadapi persaingan global. Salah satu langkahnya adalah melalui inventarisasi dan penyusunan katalog center of excellence serta praktik terbaik dalam tata kelola kota.
Fokus utama dari strategi penjenamaan kota yang diangkat dalam simposium ini mencakup destinasi wisata, seni budaya, kuliner dan warisan budaya, serta produk dan komoditas unggulan dari masing-masing daerah.
Dalam laporan penyelenggara, kegiatan ini dirancang sebagai sarana pertukaran pengalaman dan praktik baik antar kota, khususnya di kawasan Asia dan Afrika, dalam mengembangkan strategi city branding dan promosi budaya.
Di samping itu, simposium ini memperkenalkan Indonesia sebagai pusat kolaborasi yang melibatkan pemuda, pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan organisasi masyarakat sipil.
Isu-isu besar seperti perubahan iklim, urbanisasi, dan krisis air bersih juga menjadi perhatian penting dalam forum ini, dengan pendekatan kolaboratif dan inovatif sebagai fondasi bersama.
Wakil Dekranasda Kota Sukabumi, Kia Florita, yang hadir dalam simposium tersebut menegaskan pentingnya city branding sebagai strategi jangka panjang untuk meningkatkan daya saing kota.
Ia menyatakan bahwa keikutsertaan dalam forum ini menjadi langkah strategis untuk mengangkat potensi lokal Kota Sukabumi ke level internasional.
“Kami melihat city branding merupakan cara untuk menumbuhkan kebanggaan warga dan menarik perhatian dunia terhadap kekayaan budaya dan potensi ekonomi lokal yang kami miliki,” ujarnya.
Lebih lanjut Kia menyampaikan, “Saatnya kota-kota Indonesia, termasuk Kota Sukabumi bersaing di pasar global. Dengan membangun identitas yang otentik dan kuat, kota akan diakui sebagai pusat keunggulan yang layak dikunjungi, diinvestasikan, bahkan dijadikan tempat tinggal.”
Melalui simposium ini, diharapkan terbangun komitmen bersama antar kota untuk terus berinovasi dan berkolaborasi dalam mewujudkan kota-kota yang berdaya saing tinggi, adaptif terhadap tantangan global, dan berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya manusia maupun lingkungan hidup.
Pewarta : Kang Warsa
Dokumentasi : Dede Soleh Saepul
DOKPIM KOTA SUKABUMI
Pranata Kehumasan
Ross Pristianasari