J.M. Knaud: Herinneringen Aan Soeka Boemi (Sukabumi Dalam Kenangan) - Bagian 2


Balai Kota Sukabumi



Munculnya Nama Soeka Boemi

Bagian kedua dari terjemahan buku “Herinneringen Aan Soeka Boemi” ini sangat  asyik. Kita akan mengetahui bawah nama awal kota ini adalah “Tjicolle”, kemudian diganti menjadi Soeka Boemi oleh seorang keturunan Belanda berdasarkan permohonan kepala-kepala pribumi.

Sekelumit Sejarah Sukabumi

Pada akhir tahun 1813, waktu penjajahan Inggris periode pemerintahan Raffles, datanglah seseorang bernama Andries de Wilde yang menjabat sebagai Administratur Perkebunan Gunung Parang. Perkebunan ini letaknya lereng bagian selatan Gunung Gede di Tanah Parahyangan, Pada waktu itu kopi masih merupakan penghasilan utama di daerah ini sebelum teh muncul dan mendesak tanaman kopi.

Andries de Wilde, seperti tuan-tuan tanah lainnya yang beruntung ketika itu di Pulau Jawa, menjalankan pemerintahannya sendiri, bahkan ia mempunyai perumahan yang dihuni oleh wanita-wanita cantik yang berasal dari daerah setempat, dan orang-orang yang iri menyebut tempat itu sebagai Harem. 

Pada waktu itu kekuasaan dan kekayaan seseorang tuan tanah dapat diukur selain dengan emas, tanah juga dengan banyaknya wanita-wanita yang dipelihara. Jadi dapatlah dimengerti bahwa ia berbuat demikian hanya untuk mengungguli tuan-tuan tanah lainnya. Rakyatnya dan wanita-wanita peliharaan (piaraan) hidup makmur dan setia, selain itu ia memperhatikan kesehatan mereka.

Sebelum tahun 1815, Andries de Wilde menulis diatas suratnya nama tempat “Tjicolle” (Cikole). Ini dapat diartikan bahwa daerah kekuasaannya (tanah miliknya) diberi nama Cikole. Tetapi seorang keturunan Andries de Wilde, Nyonya C.H.E. Wisboom Verstegen Kautze … (Vora Westland) menulis dalam bukunya, bahwa Andries de Wilde untuk tanah miliknya diberi nama Soeka Boemi.

Pada tanggal 13 Januari 1815 Andries de Wilde menulis surat kepada sahabatnya Engelhart, bahwa ia atas permohonan kepala-kepala Pribumi mengganti nama Tjicolle dengan Soeka Boemi (ditulis dengan dua suku kata). 

Dengan demikian Andries de Wilde dianggap sebagai pendiri Sukabumi, walaupun penggantian nama tempat itu atas permohonan kepala-kepala orang Sunda. Disini timbul pertanyaan, apakah yang dimaksud dalam permohonan kepala-kepala itu merubah nama desa yang sudah ada sebelum kedatangan Andries de Wilde.

Menurut Dr. F. de Haan (dalam “Priangan” bagian pertama. Personalia II halaman 291) orang-orang Sunda sampai permulaan abad keduapuluh masih saja menyebut Sukabumi dengan nama Tjicolle. Dapat diketahui pula bahwa kira-kira tahun 1800 nama Goenoeng Parang sering dipakai. Goenoeng Parang adalah nama gunung kecil di sebelah selatan lereng Gunung Gede, dimana terletak Sukabumi. Dalam legenda Raja Surya Kencana disebut-sebut juga nama Sukabumi di samping nama Goenoeng Parang.

Posting Komentar untuk "J.M. Knaud: Herinneringen Aan Soeka Boemi (Sukabumi Dalam Kenangan) - Bagian 2"