Partisipasi Publik Menghadapi Covid-19 di Kota Sukabumi


Semangat kolaborasi dalam membangun daerah menjadi tagline kota dan kabupaten di Jawa Barat merupakan harapan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Setiap daerah, termasuk di dalamnya warga masyarakat diajak oleh Gubernur Ridwan Kamil untuk mengedepankan semangat partisipasi di setiap bidang.




Tagline ini telah disikapi secara serius oleh Pemerintah Kota Sukabumi, dimulai sebelum kasus Covid-19 dinyatakan sebagai sebuah pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Wali Kota Sukabumi, H. Achmad Fahmi selalu mengingatkan kepada setiap SKPD dan masyarakat agar menunjukkan semangat partisipasi dan kolaborasi dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan.

Wakil Wali Kota Sukabumi, H. Andri Setiawan Hamami melaksanakan kegiatan Jumat Bersih bersama masyarakat pada awal tahun 2020. Kegiatan tersebut merupakan salah satu aplikasi dan penerapan kolaborasi yang dilakukan antara Dinas Lingkungan HIdup, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.



Saat itu, Wakil Wali Kota mengatakan, “ Kegiatan bersih-bersih di hari Jum'at ini atau yang kita sebut dengan Jumsih merupakan stimulan untuk masyarakat agar memerhatikan kebersihan lingkungan kita sendiri, maupun lingkungan alam disekitar. kita bukan hanya dihari Jum'at saja, dihari yang lain pun juga sama seperti itu".

Partisipasi Menghadapi Covid-19

Kasus pertama pasien positif Covid-19 di Indonesia, diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 2 Maret 2020. Pengumuman tersebut merupakan sinyal dan pesan bahwa coronavirus disease 2019 merupakan pandemi dan telah menyebar secara merata ke setiap negara. Selama kurun waktu kurang dua bulan, Maret sampai pertengahan April 2020, jumlah pasien positif Covid-19 mengalami peningkatan dari dua kasus menjadi 6.000 lebih kasus.

Pemerintah pusat dan daerah telah menerapkan kebijakan-kebijakan dan protokol kesehatan maksimum untuk menghentikan penularan virus korona. Kebijakan tersebut karena berlaku secara keseluruhan tentu harus mendapatkan dukungan publik. Pembatasan fisik dan sosial tidak mungkin berjalan dengan baik jika peran dan partisipasi publik memperlihatkan sikap yang kendur.

Partisipasi publik, khususnya di Kota Sukabumi dalam menghadapi Covid-19 merupakan salah satu dukungan penting untuk mempersempit ruang gerak penularan korona. Inisiatif yang digagas oleh Pemkot melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Sukabumi melalui kegiatan belajar dari rumah dimulai pada pertengahan Maret 2020 merupakan upaya pencegahan penularan virus korona.


Upaya memantau kegiatan belajar anak di rumah dilakukan langsung Wali Kota Sukabumi, H. Achmad Fahmi dan Wakil Wali Kota Sukabumi, H. Andri Setiawan Hamami. Langkah ini sebagai bagian dari pelaksanaan pengalihan belajar dari sekolah ke rumah dalam rangka pencegahan penyebaran korona atau Covid-19 mulai 16 Maret hingga 28 Maret 2020

Semua lembaga pendidikan di Kota Sukabumi memiliki peran penting untuk menyebarkan kembali informasi “belajar dari rumah” kepada masyarakat. Meskipun, pada awal kebijakan diterbitkan, masih ada masyarakat yang mempertanyakan merumahkan kegiatan belajar benar atau tidaknya. Paling tidak seluruh kegiatan belajar dan mengajar benar-benar tidak dilakukan di sekolah.

Dalam waktu dua sampai tiga hari, masyarakat memahami pengalihan ini merupakan ikhtiar untuk mencegah penularan virus korona dalam skala besar. Harus diakui, sekolah merupakan pranata sosial dengan aktivitas tertinggi dibandingkan pranata sosial lainnya.

Partisipasi publik yang paling penting selama pandemi virus korona yaitu melawan penyebaran informasi dan berita bohong. Penyebaran hoak terlihat menjadi lebih masif setelah kasus Covid-19 mulai muncul di negara ini. Tidak hanya dalam skala nasional, informasi bohong yang dibagikan melalui media sosial dan media obrolan juga berkembang di Kota Sukabumi.


Wali Kota Sukabumi, H. Achmad Fahmi memberikan keterangan resmi terkait informasi yang beredar di media sosial dan online, ada pasien yang diindikasikan terserang korona dirawat di RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi, Senin (2/3). Klarifikasi ini dilakukan agar masyarakat bisa mendapatkan keterangan yang lengkap dan akurat mengenai masalah tersebut.

Tanggal 2 Maret 2020, Wali Kota Sukabumi melakukan klarifikasi terhadap penyebaran informasi keberadaan seorang pasien positif Covid-19 yang dirawat di RSUD Syamsudin, SH. Informasi ini menyebar di media sosial, jelas sekali, dalam kondisi pandemi, siapa pun yang menerima informasi mengalami kesulitan membedakan informasi benar dan hoaks. Padahal, sampai awal Maret 2020, pemerintah pusat melalui presiden baru saja mengumumkan kasus pertama positif Covid-19 di Indonesia.

Produksi informasi oleh beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab semakin mudah diproduksi dan disebarkan. Tidak kalah hebat dengan jumlah produksi hoak saat penyelenggaraan Pileg dan Pilpres satu tahun lalu. jika partisipasi publik dalam melawan hoak ini lemah, dapat dikatakan penyebaran informasi palsu justru akan lebih berbahaya daripada penyebaran virus korona. Korona hanya dapat menular jika ada interaksi fisik orang per orang, sementara penyebaran informasi bohong penularannya bisa dalam ragam bentuk. Hoak bisa dalam bentuk pemberitaan, joke atau candaan, meme, serta bentuk lainnya.

Informasi resmi  selama pandemi tentu saja disampaikan oleh pemerintah melalui saluran-saluran resmi, itulah yang seharusnya diterima oleh publik.

Pembatasan Sosial

Pandemi Covid-19 diperkirakan akan berlangsung sampai pertengahan Mei 2020. Status keadaan darurat wabah Covid-19 di Indonesia terhitung 91 hari sejak tanggal 29 Februari 2020 hingga 29 Mei 2020 yang ditetapkan melalui Keputusan Kepala BNPB No. 13.A Tahun 2020 tentang Perpanjangan Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia. Hal ini kemudian memunculkan sederet kebijakan, edaran, dan himbauan dari pemerintah, baik di pusat maupun daerah.


Wali Kota Sukabumi, H.  Achmad Fahmi memimpin teleconference atau video conference (Vicon) penanganan penyebaran wabah Covid-19 dengan para lurah dan camat se-Kota Sukabumi di ruang Tapem Setda Kota Sukabumi, Selasa (24/3). 

Jelas sekali, partisipasi masyarakat menjadi kunci utama pencegahan penularan virus korona. Pemerintah mengimbau agar masyarakat benar-benar melakukan pembatasan sosial, menghindari kerumunan dalam skala besar, membatasi interaksi fisik (physical distancing). Pembatasan sosial tidak mungkin berjalan baik jika masyarakat masih memiliki anggapan saat ini tidak berbeda dengan lima bulan sebelumnya.

Di sisi lain, tahap awal pembatasan sosial akan tampak bertolak belakang dengan naluri dasar manusia sebagai mahluk sosial. Selain edukasi dari pemerintah, imbauan dan peringatan harus dilakukan juga oleh masyarakat yang telah mengetahui masalah ini kepada masyarakat lainnya untuk mendorong upaya pencegahan wabah. Tidak dimungkiri, di antara kita masih ada yang berpikiran: virus korona tidak mungkin menulari kita, episentrumnya juga jauh dengan Kota Sukabumi.

Penting diketahui, penyebaran virus korona di negara-negara Eropa diawali dengan sikap tidak acuh terhadap pembatasan sosial. Tidak sedikit warga Spanyol dan Italia menyatakan penyesalan telah bersikap ceroboh sebelum wabah Covid-19 menjangkiti sampai 200 ribu orang di masing-masing negara tersebut.


Aksi nyata untuk mengedukasi masyarakat dalam pencegahan penyebaran korona terus dilakukan Pemerintah Kota Sukabumi. Salah satunya dengan menggandeng para perawat dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yang menggerakkan 150 orang relawan yang bertugas mensosialisasikan pencegahan dan penanganan virus korona kepada masyarakat.

Lonjakan penularan virus korona di negara-negara yang tidak menghiraukan imbauan pemerintahnya seharusnya menjadi pelajaran bagi warga negara lain, termasuk Kota Sukabumi, betapa penting pembatasan jarak dilakukan selama pandemi. Warga negara yang bersikap tidak acuh terhadap imbauan pemerintah, tetap berkerumun, bercengkerama di rumah-rumah makan dan ruang publik  dalam skala besar, justru telah menjadi episentrum Covid-19 yang tidak mereka duga sebelumnya.

Partisipasi Sendiri

Masyarakat dan beberapa lembaga di Kota Sukabumi telah memperlihatkan partisipasi yang sangat tinggi dalam pencegahan Covid-19. Gerakan masyarakat sehat dan PHBS ditularkan oleh kader-kader Posyandu dan Penggerak PKK kepada masyarakat. Ruang publik dilengkapi dengan wastafel portable, sebuah strategi agar masyarakat benar-benar menerapkan protokol kesehatan: mencuci tangan menggunakan sabun dan handsanitizer.


Bantuan sarana wastafel portable untuk membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Kota Sukabumi terus mengalir. Keberadaan tempat cuci tangan ini untuk memutus mata rantai penyebaran coronavirus disease 2019 (Covid-19).

Beberapa partai politik ikut andil dalam pembagian handsanitizer, wastafel portable, dan disinfektan yang dibuat secara mandiri. Hal ini memperlihatkan sikap serius mereka dalam menghadapi Covid-19 secara bersama-sama. Sebanyak 106 titik di Kota Sukabumi dilengkapi oleh wastafel portable yang didapat melalui donasi dari berbagai pihak.

Tidak sedikit warga Kota Sukabumi berpartisipasi secara mandiri dalam upaya pencegahan wabah Covid-19. Penyemprotan disinfektan menjadi kegiatan trending dilakukan oleh masyarakat. Rata-rata Dewan Kemakmuran Masjid menerapkan protokol kesehatan maksimum di masjid-masjid. Sebelum penyelenggaraan kegiatan keagaamaan karena pada bulan Maret 2020 bersamaan dengan peringatan Isro Miraj, setiap masjid disemprot cairan disinfektan. Karpet-karpet masjid digulung dan setiap jemaah dianjurkan untuk membawa alas sujud sendiri saat akan mengikuti sholat berjamaah.


Dalam semangat kolaborasi memutus mata rantai penyebaran Covid-19, Pemkot Sukabumi menggandeng komunitas drone untuk melakukan penyemprotan disinfektan melalui udara, Rabu (8/4). Sasaran penyemprotan ditujukan ke sejumlah titik yang menjadi tempat keramaian dan pantauan pemerintah yakni Pasar Pelita dan kawasa Karamat Kecamatan Gunungpuyuh.

Komunitas Drone Sukabumi menjadi salah satu bagian dalam kegiatan penyemprotan cairan disinfektan di Kota Sukabumi. Kang Buday, salah seorang perwakilan komunitas ini mengatakan, sekecil apapun, komunitas ingin menjadi salah satu partisipan dalam pencegahan penyebaran virus korona.

Cairan disinfektan disemprotkan ke beberapa wilayah di Kota Sukabumi langsung dari udara menggunakan drone. Pasar sebagai tempat keramaian menjadi domain lokasi penyemprotan disinfektan mengingat tingkat interaksi sangat besar di tempat ini.


Gerakan untuk memutus mata rantai penyebaran virus korona terus digencarkan Pemerintah Kota Sukabumi. Pada Senin (23/3) pagi Wali Kota Sukabumi, H.  Achmad Fahmi memimpin langsung upaya penyemprotan disinfektan di Jalan Ahmad Yani dan seputaran Pasar Pelita Kota Sukabumi.

Tempat ibadah lain juga melakukan hal yang sama. Gereja, Vihara, dan Klenteng disemprot dengan cairan disinfektan, baik  dilakukan oleh petugas Pemkot Sukabumi juga secara sendiri-sendiri. Pengaplikasian pembatasan sosial dan jarak, tokoh-tokoh agama mengimbau kepada masyarakat agar menunaikan ibadah di rumah saja. Tentu saja imbauan ini dilakukan bukan bentuk pelarangan ibadah melainkan sebuah upaya agar kerumunan dalam skala besar tidak terjadi.

Imbauan lain yang tidak kalah penting dari pemerintah adalah agar masyarakat menggunakan masker saat keluar rumah. Partisipasi bukan sekadar dibuktikan dengan memakai masker saja, tidak sedikit masyarakat dan lembaga kemasyarakatan membuat masker kain untuk dibagikan kepada masyarakat lainnya. Produksi masker secara mandiri selain untuk dipasarkan juga telah disalurkan dalam bentuk bantuan. Perkumpulan etnis Tionghoa telah memberikan masker dan kebutuhan pokok melalui Pemkot Sukabumi untuk warga yang membutuhkan.

Pemerintah Kota Sukabumi secara telaten dan terus-menerus melakukan sosialisasi agar penggunaan masker oleh masyarakat menjadi satu keharusan selama pandemi saat beraktivitas di luar rumah. Wali kota didampingi oleh Sekda Kota Sukabumi bersama aparatur pemerintahan turun langsung ke lapangan, menyisir tempat-tempat keramaian seperti pasar tradisional untuk mengingatkan masyarakat betapa penting menggunakan masker saat ini. Tidak sekadar menyosialisasikan dan memberikan edukasi, Pemkot Sukabumi juga membagikan masker kepada masyarakat untuk memperkecil risiko penularan virus korona.


Wali Kota Sukabumi, H. Achmad Fahmi memberikan apresiasi atas bantuan 1.500 paket sembako yang diberikan perkumpulan warga Tionghoa untuk warga terdampak Covid-19.

Bentuk-bentuk partisipasi publik atau masyarakat selama pandemi merupakan bukti bahwa siapa saja benar-benar ingin menjadi bagian penting dalam upaya pencegahan wabah Covid-19. Dengan partisipasi utuh seperti ini, dalam waktu dekat, wabah Covid-19 akan segera berlalu. [ ]
Kang Warsa
Kang Warsa Sering menulis hal yang berhubungan dengan budaya, Bahasa, dan kasukabumian.

1 komentar untuk "Partisipasi Publik Menghadapi Covid-19 di Kota Sukabumi"

Silakan kirim saran dan komentar anda