Pemerintah Provinsi Jawa Barat menggelar Rapat Koordinasi Ketahanan Pangan dan Produktivitas Pertanian di Jawa Barat pada Kamis, 18 April 2024 di Bandung. Rapat ini dihadiri oleh para kepala daerah se-Jawa Barat, termasuk Penjabat Wali Kota Sukabumi, Kusmana Hartadji.
Dalam sambutannya, Penjabat Gubernur Jawa Barat, Bey Triadi Machmudin, menekankan pentingnya data yang tepat mengenai luas lahan pertanian terkini untuk mencapai ketahanan pangan. Ia pun mendorong upaya panen minimal dua kali dalam setahun.
"Tahun ini, dari April sampai Desember ada waktu sekitar 8 bulan. Saya pikir untuk dua kali panen masih sangat memungkinkan," ujar Bey Machmudin di hadapan para peserta rakor.
Bey Machmudin juga menyoroti potensi sawah tadah hujan di Jawa Barat. Ia mendorong pengembangan sawah tadah hujan untuk meningkatkan produksi hasil pertanian.
"Harus diakui, untuk sawah tadah hujan ini memang masih banyak kendala dibandingkan sawah irigasi. Namun, 50% produksi pertanian di Asia itu dihasilkan dari sawah tadah hujan," jelasnya.
Lebih lanjut, Bey Machmudin menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak untuk mengoptimalkan produksi sawah tadah hujan.
"Upaya yang telah dilakukan oleh Kementrian Pertanian terkait sawah tadah hujan ini adalah pemetaan dan optimalisasi peran para penyuluh pertanian. Untuk tahun 2024 ini, target produksi padi GKG sebanyak 11,48 juta ton," tandasnya.
Bey Machmudin juga mengelaborasi strategi untuk meningkatkan produksi padi melalui peningkatan indeks penanaman dan perluasan areal tanah. Ia pun menjadikan pompanisasi sawah tadah hujan sebagai instrumen utama dalam menjaga ketersediaan air, terutama di musim kemarau.
"Target pompanisasi sawah hujan seluas 340 ribu hektar. Di tahun ini pompa harus terpasang secara tepat guna untuk menaikkan produktivitas panen," ujarnya.
Pemerintah menyadari bahwa curah hujan di Jawa Barat tidak stabil dan dapat memengaruhi proses pengairan ke lahan pertanian. Oleh karena itu, pompanisasi menjadi hal penting dengan memperhatikan pemetaan sawah tadah hujan.
"Jangan sampai pompanisasi yang diprogramkan hari ini, besok atau lusa pompa tersebut sudah tidak mendukung budi daya padi di lahan sawah tadah hujan tadi," kata Bey Machmudin.
Ia pun mengharapkan agar peningkatan produktivitas panen juga memanfaatkan teknologi dan informasi serta melakukan digitalisasi dalam proses monitoring pompanisasi. Pemetaan sawah tadah hujan pun harus tersedia sebelum melakukan apa pun.
"Peran penyuluh pertanian di lapangan harus terus ditingkatkan karena mereka bersentuhan langsung dengan para petani. Kompetensi dan skill penyuluh pertanian harus terus berkembang terutama dalam pemanfaatan teknologi informasi agar upaya kita dapat terus berkesinambungan," lanjutnya.
Kehadiran lembaga keuangan dan distributor di lingkungan Pemprov, Pemkot, dan Pemkab menjadi komponen penting lainnya dalam upaya peningkatan produksi pertanian di Jawa Barat.
Usai mengikuti Rakor Ketahanan Pangan, Penjabat Wali Kota Sukabumi, Kusmana Hartadji mengapresiasi program pompanisasi untuk peningkatan produktivitas panen pada lahan sawah tadah hujan melalui penananaman padi gogo.
“Sebagai daerah lumbung padi, saya berharap Jawa Barat dapat mencapai target produksi pertanian untuk mewujudkan ketahanan pangan,” ujar Penjabat Wali Kota Sukabumi.
Kusmana Hartadji melanjutkan, Pemprov Jawa Barat akan mendistribusikan sekitar 5.000 pompa air. Sekarang baru terealisasi sekitar 300an. Masih banyak potensi dan peluang untuk mendapatkan program ini secara byname dan byadress. Kita harus bersama-sama mulai dari Kodim, Kepolisian, dan Pemkot dalam mewujudkan ketahanan pangan ini.
Rapat Koordinasi Ketahanan Pangan dan Produktivitas Pertanian di Jawa Barat ini diharapkan dapat menghasilkan langkah-langkah strategis dan konkret untuk meningkatkan ketahanan pangan dan produktivitas pertanian di Jawa Barat.
Dalam sambutannya, Penjabat Gubernur Jawa Barat, Bey Triadi Machmudin, menekankan pentingnya data yang tepat mengenai luas lahan pertanian terkini untuk mencapai ketahanan pangan. Ia pun mendorong upaya panen minimal dua kali dalam setahun.
"Tahun ini, dari April sampai Desember ada waktu sekitar 8 bulan. Saya pikir untuk dua kali panen masih sangat memungkinkan," ujar Bey Machmudin di hadapan para peserta rakor.
Bey Machmudin juga menyoroti potensi sawah tadah hujan di Jawa Barat. Ia mendorong pengembangan sawah tadah hujan untuk meningkatkan produksi hasil pertanian.
"Harus diakui, untuk sawah tadah hujan ini memang masih banyak kendala dibandingkan sawah irigasi. Namun, 50% produksi pertanian di Asia itu dihasilkan dari sawah tadah hujan," jelasnya.
Lebih lanjut, Bey Machmudin menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak untuk mengoptimalkan produksi sawah tadah hujan.
"Upaya yang telah dilakukan oleh Kementrian Pertanian terkait sawah tadah hujan ini adalah pemetaan dan optimalisasi peran para penyuluh pertanian. Untuk tahun 2024 ini, target produksi padi GKG sebanyak 11,48 juta ton," tandasnya.
Bey Machmudin juga mengelaborasi strategi untuk meningkatkan produksi padi melalui peningkatan indeks penanaman dan perluasan areal tanah. Ia pun menjadikan pompanisasi sawah tadah hujan sebagai instrumen utama dalam menjaga ketersediaan air, terutama di musim kemarau.
"Target pompanisasi sawah hujan seluas 340 ribu hektar. Di tahun ini pompa harus terpasang secara tepat guna untuk menaikkan produktivitas panen," ujarnya.
Pemerintah menyadari bahwa curah hujan di Jawa Barat tidak stabil dan dapat memengaruhi proses pengairan ke lahan pertanian. Oleh karena itu, pompanisasi menjadi hal penting dengan memperhatikan pemetaan sawah tadah hujan.
"Jangan sampai pompanisasi yang diprogramkan hari ini, besok atau lusa pompa tersebut sudah tidak mendukung budi daya padi di lahan sawah tadah hujan tadi," kata Bey Machmudin.
Ia pun mengharapkan agar peningkatan produktivitas panen juga memanfaatkan teknologi dan informasi serta melakukan digitalisasi dalam proses monitoring pompanisasi. Pemetaan sawah tadah hujan pun harus tersedia sebelum melakukan apa pun.
"Peran penyuluh pertanian di lapangan harus terus ditingkatkan karena mereka bersentuhan langsung dengan para petani. Kompetensi dan skill penyuluh pertanian harus terus berkembang terutama dalam pemanfaatan teknologi informasi agar upaya kita dapat terus berkesinambungan," lanjutnya.
Kehadiran lembaga keuangan dan distributor di lingkungan Pemprov, Pemkot, dan Pemkab menjadi komponen penting lainnya dalam upaya peningkatan produksi pertanian di Jawa Barat.
Usai mengikuti Rakor Ketahanan Pangan, Penjabat Wali Kota Sukabumi, Kusmana Hartadji mengapresiasi program pompanisasi untuk peningkatan produktivitas panen pada lahan sawah tadah hujan melalui penananaman padi gogo.
“Sebagai daerah lumbung padi, saya berharap Jawa Barat dapat mencapai target produksi pertanian untuk mewujudkan ketahanan pangan,” ujar Penjabat Wali Kota Sukabumi.
Kusmana Hartadji melanjutkan, Pemprov Jawa Barat akan mendistribusikan sekitar 5.000 pompa air. Sekarang baru terealisasi sekitar 300an. Masih banyak potensi dan peluang untuk mendapatkan program ini secara byname dan byadress. Kita harus bersama-sama mulai dari Kodim, Kepolisian, dan Pemkot dalam mewujudkan ketahanan pangan ini.
Rapat Koordinasi Ketahanan Pangan dan Produktivitas Pertanian di Jawa Barat ini diharapkan dapat menghasilkan langkah-langkah strategis dan konkret untuk meningkatkan ketahanan pangan dan produktivitas pertanian di Jawa Barat.
Pewarta : Kang Warsa
Dokumentasi : Dede Soleh Saepul
DOKPIM KOTA SUKABUMI
Pranata Kehumasan
Ross Pristianasari