“Makna kurban bagi saya dan Wakil Wali Kota adalah bentuk nyata pengabdian kepada masyarakat. Hewan saja berani berkurban, maka kita sebagai manusia, apalagi pemimpin, harus lebih siap berkorban demi kepentingan warga”.
Hal tersebut disampaikan Wali Kota Sukabumi H. Ayep Zaki bersama Wakil Wali Kota Bobby Maulana saat menghadiri pemotongan hewan kurban bantuan Presiden RI Prabowo Subianto di Pondok Pesantren Al Mahfudzziyah, Cisarua, Cikole, Sabtu 7 Juni 2025.
Wali Kota Sukabumi menyampaikan bahwa hewan kurban dari Presiden Prabowo menjadi bagian dari rangkaian penyembelihan total 51 ekor hewan yang dihimpun dari berbagai pihak di Kota Sukabumi. Rinciannya, sebanyak 21 ekor berasal dari DKM, 29 dari perangkat SKPD, dan satu ekor sapi dari Presiden RI.
Pemotongan hewan kurban bantuan presiden dipusatkan di Pesantren Al Mahfudziyah bukan tanpa alasan. Menurut H. Ayep Zaki, pesantren tersebut merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Kota Sukabumi dengan rekam jejak panjang dalam pelaksanaan kurban. “Pesantren ini sudah menyelenggarakan kurban selama 53 tahun sejak 1972,” ungkapnya.
Ia menambahkan, Pesantren Al Mahfudziyah dikenal sebagai tempat lahirnya para alim ulama dan tokoh agama. Tradisi kurban yang terjaga dan jumlah hewan yang dikurbankan setiap tahunnya menjadikan tempat ini sebagai lokasi yang layak dan bermakna untuk pelaksanaan kurban presiden.
“Karena ini salah satu pesantren tertua yang punya perjalanan panjang, banyak alim ulama lahir dari sini. Jadi saya pilih di sini karena memang sudah tradisi setiap tahunnya berkurban, dan jumlahnya pun selalu banyak,” jelasnya.
Lebih dari sekadar ibadah tahunan, Wali Kota Sukabumi menegaskan bahwa makna kurban menjadi simbol pengabdian. “Saya sampaikan, hewan saja berani berkurban. Kita sebagai manusia, apalagi pemimpin, harus lebih berani berkorban demi kepentingan masyarakat,” katanya.
Menurut H. Ayep Zaki, menjadi wali kota bukanlah profesi semata, tetapi bentuk pengabdian. Ia menyatakan bahwa dirinya dan wakil wali kota berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat melalui kerja nyata yang menyentuh langsung kebutuhan warga.
Dalam momen kurban ini, ia juga mengungkapkan bahwa dirinya menerima banyak aspirasi dari masyarakat selama lebih dari 100 hari menjabat. Tiga isu utama yang paling sering disampaikan warga adalah persoalan kebersihan, penataan pedagang kaki lima, dan pembenahan pasar.
“Insyaallah akan kita kerjakan mulai sekarang. Dua tahun ke depan target saya menyelesaikan persoalan kebersihan, pedagang kaki lima, dan pasar. Karena kota ini adalah milik 364.000 penduduk,” tegasnya.
Selain itu, ia juga menampung aspirasi lainnya seperti perbaikan jalan lingkungan, drainase, air bersih, pemakaman, dan pembangunan trotoar. Seluruhnya akan direncanakan secara bertahap, sebagai bagian dari perwujudan Kota Sukabumi Bercahaya.
H. Ayep Zaki menyampaikan bahwa dalam lima bulan ini, terdapat capaian positif dalam kinerja pemerintahan. Salah satunya adalah peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih dari 50 persen serta pengakuan Kota Sukabumi sebagai kota toleran nomor satu di Jawa Barat dan nomor enam secara nasional.
Hal tersebut disampaikan Wali Kota Sukabumi H. Ayep Zaki bersama Wakil Wali Kota Bobby Maulana saat menghadiri pemotongan hewan kurban bantuan Presiden RI Prabowo Subianto di Pondok Pesantren Al Mahfudzziyah, Cisarua, Cikole, Sabtu 7 Juni 2025.
Wali Kota Sukabumi menyampaikan bahwa hewan kurban dari Presiden Prabowo menjadi bagian dari rangkaian penyembelihan total 51 ekor hewan yang dihimpun dari berbagai pihak di Kota Sukabumi. Rinciannya, sebanyak 21 ekor berasal dari DKM, 29 dari perangkat SKPD, dan satu ekor sapi dari Presiden RI.
Pemotongan hewan kurban bantuan presiden dipusatkan di Pesantren Al Mahfudziyah bukan tanpa alasan. Menurut H. Ayep Zaki, pesantren tersebut merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Kota Sukabumi dengan rekam jejak panjang dalam pelaksanaan kurban. “Pesantren ini sudah menyelenggarakan kurban selama 53 tahun sejak 1972,” ungkapnya.
Ia menambahkan, Pesantren Al Mahfudziyah dikenal sebagai tempat lahirnya para alim ulama dan tokoh agama. Tradisi kurban yang terjaga dan jumlah hewan yang dikurbankan setiap tahunnya menjadikan tempat ini sebagai lokasi yang layak dan bermakna untuk pelaksanaan kurban presiden.
“Karena ini salah satu pesantren tertua yang punya perjalanan panjang, banyak alim ulama lahir dari sini. Jadi saya pilih di sini karena memang sudah tradisi setiap tahunnya berkurban, dan jumlahnya pun selalu banyak,” jelasnya.
Lebih dari sekadar ibadah tahunan, Wali Kota Sukabumi menegaskan bahwa makna kurban menjadi simbol pengabdian. “Saya sampaikan, hewan saja berani berkurban. Kita sebagai manusia, apalagi pemimpin, harus lebih berani berkorban demi kepentingan masyarakat,” katanya.
Menurut H. Ayep Zaki, menjadi wali kota bukanlah profesi semata, tetapi bentuk pengabdian. Ia menyatakan bahwa dirinya dan wakil wali kota berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat melalui kerja nyata yang menyentuh langsung kebutuhan warga.
Dalam momen kurban ini, ia juga mengungkapkan bahwa dirinya menerima banyak aspirasi dari masyarakat selama lebih dari 100 hari menjabat. Tiga isu utama yang paling sering disampaikan warga adalah persoalan kebersihan, penataan pedagang kaki lima, dan pembenahan pasar.
“Insyaallah akan kita kerjakan mulai sekarang. Dua tahun ke depan target saya menyelesaikan persoalan kebersihan, pedagang kaki lima, dan pasar. Karena kota ini adalah milik 364.000 penduduk,” tegasnya.
Selain itu, ia juga menampung aspirasi lainnya seperti perbaikan jalan lingkungan, drainase, air bersih, pemakaman, dan pembangunan trotoar. Seluruhnya akan direncanakan secara bertahap, sebagai bagian dari perwujudan Kota Sukabumi Bercahaya.
H. Ayep Zaki menyampaikan bahwa dalam lima bulan ini, terdapat capaian positif dalam kinerja pemerintahan. Salah satunya adalah peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih dari 50 persen serta pengakuan Kota Sukabumi sebagai kota toleran nomor satu di Jawa Barat dan nomor enam secara nasional.
Pewarta : Kang Warsa
Dokumentasi : Agus Rustiawandi
DOKPIM KOTA SUKABUMI
Pranata Kehumasan
Ross Pristianasari