Pada Rabu, 11 Desember 2024, di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Sukabumi diselenggarakan komitmen bersama pentingnya upaya bersama dalam menurunkan angka tengkes atau stunting.
Acara yang bertajuk Rapat Monitoring dan Evaluasi Tim Percepatan Penurunan Angka Prevalensi Stunting tersebut dibuka oleh Penjabat Sekretaris Daerah Kota Sukabumi, M. Hasan Asari, dan dihadiri PPM Bappeda, Dinas Kesehatan, camat, lurah, dan lembaga-lembaga terkait penurunan angka prevalensi tengkes.
Dalam sambutannya, M. Hasan Asari menekankan bahwa stunting adalah tantangan besar yang berdampak langsung pada kualitas sumber daya manusia di masa depan. Maka, program penurunannya menjadi tema besar pembangunan saat ini.
“Stunting tidak hanya memengaruhi fisik anak, tetapi juga perkembangan otak yang sangat menentukan masa depan generasi kita,” ujarnya. Ia menyebutkan bahwa prevalensi stunting Kota Sukabumi pada 2023 mencapai 26,9%, sebuah angka yang menuntut kerja keras untuk menurunkannya.
Terhadap situasi tersebut, Pemerintah Kota Sukabumi melalui Dinkes terus melakukan treatment untuk menurunkan stunting. Dengan angka hampir 27%, ini berarti dari 100 anak terdapat 27 anak mengalami tengkes.
"Ketersediaan pangan bergizi menjadi syarat utama penurunan stunting. Hal ini memerlukan berbagai treatment berbeda karena kasus anak-anak yang mengalami stunting ini berbeda penyebabnya," lanjutnya.
Penanganan lainnya melalui intervensi sensitif, bagaimana pemerintah menyiapkan lingkungan yang baik bagi tumbuh kembang anak. Termasuk melakukan intervensi koordinatif, membangun komunikasi dengan berbagai pihak untuk mengedukasi masyarakat tentang stunting.
Lebih lanjut, Hasan Asari menguraikan pentingnya monitoring dan evaluasi dalam memastikan efektivitas program yang dijalankan. Menurutnya, kegiatan ini memungkinkan identifikasi kendala di lapangan, pengukuran hasil intervensi, hingga optimalisasi data yang akurat.
Ia juga memberikan arahan strategis, seperti penguatan koordinasi lintas sektor, fokus pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), dan optimalisasi peran Posyandu di tingkat kelurahan. Pelaksaannya dengan menerapkan sistem focus locus, memfokuskan penanganan pada wilayah yang memiliki kasus stunting.
Penjabat Sekda mengajak semua pihak untuk terus berinovasi dan berkolaborasi. “Keberhasilan kita dalam menurunkan angka stunting adalah warisan berharga bagi generasi mendatang. Dengan komitmen yang kuat, saya yakin Kota Sukabumi mampu mewujudkan generasi sehat, cerdas, dan berdaya saing,” pungkasnya.
Rapat ini menjadi pengingat bahwa perjuangan melawan stunting memerlukan kerja bersama demi masa depan yang lebih cerah. New Zero Stunting menjadi hal mutlak untuk mengeliminasi hingga menghilangkan angka tengkes di Kota Sukabumi. Paling tidak pada tahun depan ada di bawah 14%.
Acara yang bertajuk Rapat Monitoring dan Evaluasi Tim Percepatan Penurunan Angka Prevalensi Stunting tersebut dibuka oleh Penjabat Sekretaris Daerah Kota Sukabumi, M. Hasan Asari, dan dihadiri PPM Bappeda, Dinas Kesehatan, camat, lurah, dan lembaga-lembaga terkait penurunan angka prevalensi tengkes.
Dalam sambutannya, M. Hasan Asari menekankan bahwa stunting adalah tantangan besar yang berdampak langsung pada kualitas sumber daya manusia di masa depan. Maka, program penurunannya menjadi tema besar pembangunan saat ini.
“Stunting tidak hanya memengaruhi fisik anak, tetapi juga perkembangan otak yang sangat menentukan masa depan generasi kita,” ujarnya. Ia menyebutkan bahwa prevalensi stunting Kota Sukabumi pada 2023 mencapai 26,9%, sebuah angka yang menuntut kerja keras untuk menurunkannya.
Terhadap situasi tersebut, Pemerintah Kota Sukabumi melalui Dinkes terus melakukan treatment untuk menurunkan stunting. Dengan angka hampir 27%, ini berarti dari 100 anak terdapat 27 anak mengalami tengkes.
"Ketersediaan pangan bergizi menjadi syarat utama penurunan stunting. Hal ini memerlukan berbagai treatment berbeda karena kasus anak-anak yang mengalami stunting ini berbeda penyebabnya," lanjutnya.
Penanganan lainnya melalui intervensi sensitif, bagaimana pemerintah menyiapkan lingkungan yang baik bagi tumbuh kembang anak. Termasuk melakukan intervensi koordinatif, membangun komunikasi dengan berbagai pihak untuk mengedukasi masyarakat tentang stunting.
Lebih lanjut, Hasan Asari menguraikan pentingnya monitoring dan evaluasi dalam memastikan efektivitas program yang dijalankan. Menurutnya, kegiatan ini memungkinkan identifikasi kendala di lapangan, pengukuran hasil intervensi, hingga optimalisasi data yang akurat.
Ia juga memberikan arahan strategis, seperti penguatan koordinasi lintas sektor, fokus pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), dan optimalisasi peran Posyandu di tingkat kelurahan. Pelaksaannya dengan menerapkan sistem focus locus, memfokuskan penanganan pada wilayah yang memiliki kasus stunting.
Penjabat Sekda mengajak semua pihak untuk terus berinovasi dan berkolaborasi. “Keberhasilan kita dalam menurunkan angka stunting adalah warisan berharga bagi generasi mendatang. Dengan komitmen yang kuat, saya yakin Kota Sukabumi mampu mewujudkan generasi sehat, cerdas, dan berdaya saing,” pungkasnya.
Rapat ini menjadi pengingat bahwa perjuangan melawan stunting memerlukan kerja bersama demi masa depan yang lebih cerah. New Zero Stunting menjadi hal mutlak untuk mengeliminasi hingga menghilangkan angka tengkes di Kota Sukabumi. Paling tidak pada tahun depan ada di bawah 14%.
Pewarta : Kang Warsa
Dokumentasi : Dede Soleh Saepul
DOKPIM KOTA SUKABUMI
Pranata Kehumasan
Ross Pristianasari