“Semua bermula dari keinginan yang didukung oleh teknologi,” ujar Wakil Wali Kota Sukabumi, Bobby Maulana, saat menghadiri pertemuan pelajar, mahasiswa, dan pemuda di Masjid Baiturrahim, Lingkar Selatan, Jumat (20/6) sore. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya penjenamaan atau branding generasi muda di era digital.
Dalam penyampaiannya, Bobby mengingatkan pentingnya kehati-hatian dalam menggunakan teknologi. Ia menyoroti perubahan zaman di mana konten yang mengundang syahwat kini dapat diakses dengan sangat mudah melalui perangkat pribadi.
Ia menjelaskan bahwa prinsip kerja media sosial mirip dengan e-commerce: jika suatu konten ditonton lebih dari 15 detik, maka akan muncul konten serupa berikutnya dengan jenis yang berbeda-beda.
Bobby juga menyinggung efek candu dari media sosial dan tantangan menjaga kerendahan hati saat menjadi populer.
“Orang itu menjadi populer tidak mudah, saya sendiri merasakan betul itu. Orang bisa menyembunyikan banyak hal, tapi untuk tidak ujub itu sulit,” tuturnya.
Ia menambahkan, “Kesulitan menjadi orang populer adalah bagaimana ketika kita menyampaikan kebaikan dengan tetap rendah hati.”
Menurutnya, saat ini siapa pun bisa menjadi terkenal dengan mudah tanpa melalui proses panjang seperti di masa lalu.
“Dulu, untuk menjadi terkenal harus melalui proses, sampai dilirik produser. Sekarang tinggal sejauh mana mau dieksplorasi dan tinggal memilih mau di jalur mana,” ujarnya.
Sebagai penutup, Bobby memberi contoh positif dari seorang pemuda bernama Cecep di Tipar yang membuat konten saat membersihkan masjid. Konten tersebut mendapat eksposur yang baik dan membuat Cecep diundang oleh berbagai tokoh penting.
“Jadi, kita itu bisa membranding diri kita dengan memposisikan diri kita itu menjadi siapa,” kata Bobby.
Dalam penyampaiannya, Bobby mengingatkan pentingnya kehati-hatian dalam menggunakan teknologi. Ia menyoroti perubahan zaman di mana konten yang mengundang syahwat kini dapat diakses dengan sangat mudah melalui perangkat pribadi.
Ia menjelaskan bahwa prinsip kerja media sosial mirip dengan e-commerce: jika suatu konten ditonton lebih dari 15 detik, maka akan muncul konten serupa berikutnya dengan jenis yang berbeda-beda.
Bobby juga menyinggung efek candu dari media sosial dan tantangan menjaga kerendahan hati saat menjadi populer.
“Orang itu menjadi populer tidak mudah, saya sendiri merasakan betul itu. Orang bisa menyembunyikan banyak hal, tapi untuk tidak ujub itu sulit,” tuturnya.
Ia menambahkan, “Kesulitan menjadi orang populer adalah bagaimana ketika kita menyampaikan kebaikan dengan tetap rendah hati.”
Menurutnya, saat ini siapa pun bisa menjadi terkenal dengan mudah tanpa melalui proses panjang seperti di masa lalu.
“Dulu, untuk menjadi terkenal harus melalui proses, sampai dilirik produser. Sekarang tinggal sejauh mana mau dieksplorasi dan tinggal memilih mau di jalur mana,” ujarnya.
Sebagai penutup, Bobby memberi contoh positif dari seorang pemuda bernama Cecep di Tipar yang membuat konten saat membersihkan masjid. Konten tersebut mendapat eksposur yang baik dan membuat Cecep diundang oleh berbagai tokoh penting.
“Jadi, kita itu bisa membranding diri kita dengan memposisikan diri kita itu menjadi siapa,” kata Bobby.
Pewarta : Kang Warsa
Dokumentasi : Dede Soleh Saepul
DOKPIM KOTA SUKABUMI
Pranata Kehumasan
Ross Pristianasari