Kegiatan pengajian rutin bulanan di Rumah Dinas Wali Kota Sukabumi kembali digelar pada Kamis, 16 Oktober 2025.
Ketua TP PKK Kota Sukabumi, Ranty Rachmatilah, menyampaikan bahwa peran PKK tidak hanya sebatas kegiatan seremonial, melainkan juga memiliki tanggung jawab sosial dan moral untuk memberikan edukasi serta himbauan yang berdampak nyata bagi masyarakat.
Dalam rumah tangga, ujarnya, setiap pasangan hendaknya saling menghargai dan menghormati, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang sempurna.
Dalam kajian tersebut, Ranty juga mengingatkan pentingnya bersyukur atas setiap keadaan dan mengajak peserta untuk fastabiqul khairat atau berlomba-lomba dalam kebaikan.
Menurutnya, setiap perbuatan manusia akan dimintai pertanggungjawaban, sehingga perlu saling mendukung dan tidak mudah menilai seseorang hanya dari satu sisi.
Sikap saling memahami dan menghargai antarperempuan, katanya, juga menjadi kunci dalam memperkuat solidaritas sosial di tengah masyarakat.
Selanjutnya, Ranty menyampaikan mengenai program wajib belajar 13 tahun yang mencakup 12 tahun pendidikan formal ditambah 1 tahun PAUD.
Program ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas serta pemerataan pendidikan di Indonesia agar tidak terjadi kesenjangan antarwilayah.
Ia menjelaskan bahwa masa golden age atau usia emas merupakan periode penting dalam perkembangan anak, di mana stimulasi yang tepat sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter, kemampuan sosial, dan emosional anak di masa depan.
Lebih lanjut, Ranty mengangkat tema inner child, yakni bagian dalam diri seseorang yang terbentuk dari pengalaman emosional masa kecil.
Menurutnya, luka batin yang tidak disembuhkan dapat memengaruhi pola pikir dan perilaku seseorang hingga dewasa.
Dampaknya bisa berupa rasa rendah diri, kecemasan, ketakutan berlebih, atau kesulitan membangun hubungan yang sehat.
Oleh karena itu, penting bagi setiap orang untuk mengenali dan menyembuhkan luka batin dengan cara menerima masa lalu, memaafkan diri sendiri, serta belajar mencintai diri apa adanya.
Ranty menegaskan bahwa proses penyembuhan diri tidak bisa instan, namun menjadi langkah penting dalam menciptakan generasi yang lebih sehat secara emosional.
“Jadilah contoh terbaik bagi anak-anak kita, karena tidak ada keluarga yang sempurna, yang ada hanyalah keluarga yang saling memperbaiki,” ujarnya menutup sesi pemaparannya.
Kegiatan kajian tersebut diakhiri dengan tausiyah oleh Ustadzah Evi. Dalam ceramahnya, ia mengingatkan pentingnya introspeksi diri dan menjaga amal perbuatan selama hidup di dunia.
“Penyesalan di dunia masih bisa diperbaiki, tetapi penyesalan di akhirat tidak,” tuturnya.
Kajian yang berlangsung dengan khidmat ini diharapkan dapat memperkuat nilai-nilai keislaman, membangun kesadaran emosional, serta menumbuhkan semangat kebersamaan dalam keluarga dan masyarakat Kota Sukabumi.
Ketua TP PKK Kota Sukabumi, Ranty Rachmatilah, menyampaikan bahwa peran PKK tidak hanya sebatas kegiatan seremonial, melainkan juga memiliki tanggung jawab sosial dan moral untuk memberikan edukasi serta himbauan yang berdampak nyata bagi masyarakat.
Dalam rumah tangga, ujarnya, setiap pasangan hendaknya saling menghargai dan menghormati, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang sempurna.
Dalam kajian tersebut, Ranty juga mengingatkan pentingnya bersyukur atas setiap keadaan dan mengajak peserta untuk fastabiqul khairat atau berlomba-lomba dalam kebaikan.
Menurutnya, setiap perbuatan manusia akan dimintai pertanggungjawaban, sehingga perlu saling mendukung dan tidak mudah menilai seseorang hanya dari satu sisi.
Sikap saling memahami dan menghargai antarperempuan, katanya, juga menjadi kunci dalam memperkuat solidaritas sosial di tengah masyarakat.
Selanjutnya, Ranty menyampaikan mengenai program wajib belajar 13 tahun yang mencakup 12 tahun pendidikan formal ditambah 1 tahun PAUD.
Program ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas serta pemerataan pendidikan di Indonesia agar tidak terjadi kesenjangan antarwilayah.
Ia menjelaskan bahwa masa golden age atau usia emas merupakan periode penting dalam perkembangan anak, di mana stimulasi yang tepat sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter, kemampuan sosial, dan emosional anak di masa depan.
Lebih lanjut, Ranty mengangkat tema inner child, yakni bagian dalam diri seseorang yang terbentuk dari pengalaman emosional masa kecil.
Menurutnya, luka batin yang tidak disembuhkan dapat memengaruhi pola pikir dan perilaku seseorang hingga dewasa.
Dampaknya bisa berupa rasa rendah diri, kecemasan, ketakutan berlebih, atau kesulitan membangun hubungan yang sehat.
Oleh karena itu, penting bagi setiap orang untuk mengenali dan menyembuhkan luka batin dengan cara menerima masa lalu, memaafkan diri sendiri, serta belajar mencintai diri apa adanya.
Ranty menegaskan bahwa proses penyembuhan diri tidak bisa instan, namun menjadi langkah penting dalam menciptakan generasi yang lebih sehat secara emosional.
“Jadilah contoh terbaik bagi anak-anak kita, karena tidak ada keluarga yang sempurna, yang ada hanyalah keluarga yang saling memperbaiki,” ujarnya menutup sesi pemaparannya.
Kegiatan kajian tersebut diakhiri dengan tausiyah oleh Ustadzah Evi. Dalam ceramahnya, ia mengingatkan pentingnya introspeksi diri dan menjaga amal perbuatan selama hidup di dunia.
“Penyesalan di dunia masih bisa diperbaiki, tetapi penyesalan di akhirat tidak,” tuturnya.
Kajian yang berlangsung dengan khidmat ini diharapkan dapat memperkuat nilai-nilai keislaman, membangun kesadaran emosional, serta menumbuhkan semangat kebersamaan dalam keluarga dan masyarakat Kota Sukabumi.
Pewarta : Kang Warsa - Rani
Dokumentasi : Iqbal
DOKPIM KOTA SUKABUMI
Pranata Kehumasan
Ross Pristianasari
Posting Komentar untuk "Pengajian Rutin Bulanan di Rumah Dinas Kota Sukabumi Bahas Harmoni Keluarga, Pendidikan, dan Inner Child"
Silakan kirim saran dan komentar anda